Solusi Mengatasi Permasalahan Siswa yang Banyak Bergerak/Hiperaktif
A.
Latar
belakang
Mendidik siswa untuk bisa pintar
mungkin bisa dilakukan oleh siapa saja. Tetapi mendidik siswa untuk mempunyai
emosi yang stabil, tidak semua orang bisa melakukannya. Dibutuhkan guru yang
sabar, serius, ulet, serta mempunyai semangat dedikasi tinggi dalam memahami
dinamika kepribadian siswa. Perilaku siswa usia sekolah saat ini banyak
dikeluhkan guru. Para guru mengeluh sikap siswa-siswa yang sangat sulit di atur
emosinya di kelas. Saya bingung, apa lagi yang harus saya lakukan agar siswa
saya bisa duduk dengan tenang selama pelajaran berlangsung sehingga dapat
dengan mudah memahami yang saya ajarkan. Itulah salah satu contoh keluhan para
guru menghadapi siswa yang hiperaktif.
Terhadap kondisi siswa yang
demikian, biasanya para guru sangat susah mengatur dan mendidiknya. Di samping
karena keadaan dirinya yang sangat sulit untuk tenang, juga karena siswa
hiperaktif sering mengganggu orang lain, suka memotong pembicaran guru atau
teman, dan mengalami kesulitan dalam memahami sesuatu yang diajarkan guru
kepadanya. Selain itu juga, prestasi belajar siswa hiperaktif juga tidak bisa
maksimal.
Untuk itulah dibutuhkan suatu
pendekatan untuk membantu siswa-siswa yang hiperaktif tersebut supaya mereka
dapat memaksimalkan potensi diri dan meningkatkan prestasinya. Pendekatan ini
yaitu dengan adanya bimbingan konseling berupa layanan atau treatment yang
sesuai dengan kebutuhannya. Sehingga dengan demikian, diharapkan setiap siswa
akan memperoleh haknya untuk mendapatkan pendidikan yang terbaik tanpa
terkecuali, karena pengajaran yang diberikan telah disesuaikan dengan kemampuan
dan kesulitan yang dimilikinya.
B.
Kajian
teori
Gangguan hiperaktif sesungguhnya
sudah dikenal sejak sekitar tahun 1900 di tengah dunia medis. Pada perkembangan
selanjutnya mulai muncul istilah ADHD (Attention Deficit/Hyperactivity
disorder). Siswa hiperaktif adalah siswa yang mengalami gangguan pemusatan
perhatian dengan hiperaktivitas (GPPH) atau attention deficit and hyperactivity
disorder (ADHD). Kondisi ini juga disebut sebagai gangguan hiperkinetik. Dahulu
kondisi ini sering disebut minimal brain dysfunction syndrome.
Gangguan hiperkinetik adalah
gangguan pada siswa yang timbul pada masa perkembangan dini (sebelum berusia
tujuh tahun) dengan ciri utama tidak mampu memusatkan perhatian, hiperaktif dan
impulsif. Ciri perilaku ini mewarnai berbagai situasi dan dapat berlanjut
hingga dewasa.
Dr. Seto Mulyadi dalam bukunya
“Mengatasi Problem Anak Sehari-hari“ mengatakan pengertian istilah anak
hiperaktif adalah : Hiperaktif menunjukkan adanya suatu pola perilaku yang
menetap pada seorang anak. Perilaku ini ditandai dengan sikap tidak mau diam,
tidak bisa berkonsentrasi dan bertindak sekehendak hatinya atau impulsif. ADHD
adalah sebuah kondisi yang amat kompleks; gejalanya berbeda-beda.
Para ahli
mempunyai perbedaan pendapat mengenai hal ini, akan tetapi mereka membagi ADHD
ke dalam tiga jenis yaitu :
1. Tipe siswa
yang tidak bisa memusatkan perhatian.
Mereka sangat mudah terganggu
perhatiannya, tetapi tidak hiperaktif atau Impulsif.
Mereka tidak menunjukkan gejala hiperaktif. Tipe ini
kebanyakan ada pada siswa perempuan. Mereka seringkali melamun dan dapat
digambarkan seperti sedang berada “di awang-awang”.
2. Tipe siswa
yang hiperaktif dan impulsive.
Mereka menunjukkan gejala yang
sangat hiperaktif dan impulsif, tetapi bisa memusatkan perhatian. Tipe
ini seringkali ditemukan pada siswa- siswa kecil.
3.Tipe
gabungan.
Mereka sangat mudah terganggu
perhatiannya, hiperaktif dan impulsif. Kebanyakan siswa siswa termasuk
tipe seperti ini. Jadi yang dimaksud dengan hiperaktif adalah suatu pola
perilaku pada seseorang yang menunjukkan sikap tidak mau diam, tidak
terkendali, tidak menaruh perhatian dan impulsif (bertindak sekehendak
hatinya). Siswa hiperaktif selalu bergerak dan tidak pernah merasakan asyiknya
permainan atau mainan yang disukai oleh siswa-siswa lain seusia mereka,
dikarenakan perhatian mereka suka beralih dari satu fokus ke fokus yang lain.
Mereka seakan-akan tanpa henti mencari sesuatu yang menarik dan mengasikkan
namun tidak kunjung datang.
Ciri-Ciri Siswa
Hiperaktif
Ada tiga
tanda utama siswa yang menderita ADHD, yaitu :
a.
Inatensi tidak ada perhatian
Inatensi atau pemusatan perhatian
yang kurang dapat dilihat dari kegagalan seorang siswa dalam memberikan
perhatian secara utuh terhadap sesuatu. Siswa tidak mampu mempertahankan
konsentrasinya terhadap sesuatu, sehingga mudah sekali beralih perhatian dari
satu hal ke hal yang lain.Ketidakmampuan memusatkan perhatian pada beberapa hal
seperti membaca atau menyimak pelajaran.
b.
Hiperaktif
Mempunyai terlalu banyak energi.
Gejala hiperaktif dapat dilihat dari perilaku siswa yang tidak bisa diam. Duduk
dengan tenang merupakan sesuatu yang sulit dilakukan. Ia akan bangkit dan
berlari-lari, berjalan ke sana kemari, bahkan memanjat-manjat. Di samping itu,
ia cenderung banyak bicara dan menimbulkan suara berisik.
c. Impulsif
Gejala impulsif ditandai dengan
kesulitan siswa untuk menunda respon. Ada semacam dorongan untuk
mengatakan/melakukan sesuatu yang tidak terkendali. Dorongan tersebut mendesak untuk
diekspresikan dengan segera dan tanpa pertimbangan. Contoh nyata dari gejala
impulsif adalah perilaku tidak sabar. Siswa tidak akan sabar untuk menunggu
orang menyelesaikan pembicaraan. Siswa akan menyela pembicaraan atau buru-buru
menjawab sebelum pertanyaan selesai diajukan. Bertindak tanpa dipikir, misalnya
mengejar bola yang lari ke jalan raya, menabrak pot bunga pada waktu berlari di
ruangan, atau berbicara tanpa dipikirkan terlebih dahulu akibatnya.
Siswa juga tidak bisa untuk menunggu giliran, seperti antri
misalnya. Sisi lain dari impulsivitas adalah siswa berpotensi tinggi untuk
melakukan aktivitas yang membahayakan, baik bagi dirinya sendiri maupun orang
lain. Selain ketiga gejala di atas, untuk dapat diberikan diagnosis hiperaktif
masih ada beberapa syarat lain. Gangguan di atas sudah menetap minimal 6 bulan,
dan terjadi sebelum siswa berusia 7 tahun. Gejala-gejala tersebut muncul
setidaknya dalam 2 situasi, misalnya di rumah dan di sekolah.
Adapun
ciri-ciri khusus siswa yang hiperaktif diantaranya ialah sebagai berikut :
- Sering menggerak-gerakkan
tangan atau kaki ketika duduk, atau sering menggeliat.
- Sering meninggalkan tempat
duduknya, padahal seharusnya ia duduk manis.
- Sering berlari-lari atau
memanjat secara berlebihan pada keadaan yang tidak selayaknya.
- Sering tidak mampu melakukan
atau mengikuti kegiatan dengan tenang.
- Selalu bergerak, seolah-olah
tubuhnya didorong oleh mesin. Juga, tenaganya tidak pernah habis.
- Sering terlalu banyak bicara.
- Sering sulit menunggu giliran.
- Sering memotong atau menyela
pembicaraan.
- Jika diajak bicara tidak dapat
memperhatikan lawan bicaranya (bersikap apatis terhadap lawan bicaranya).
Ada beberapa
faktor yang menyebabkan siswa menjadi hiperaktif antara lain:
1. Faktor
Genetik
Didapatkan korelasi yang tinggi dari
hiperaktif yang terjadi pada keluarga dengan siswa hiperaktif. Kurang lebih
sekitar 25-35% dari orang tua dan saudara yang masa kecilnya hiperaktif akan
menurun pada siswa. Hal ini juga terlihat pada siswa kembar. Siswa laki-laki
dengan eksra kromosom Y yaitu XYY, kembar satu telur lebih memungkinkan
hiperaktif dibanding kembar dua telur.
2. Faktor
Neurologik
Insiden hiperaktif yang lebih tinggi
didapatkan pada bayi yang lahir dengan masalah-masalah prenatal seperti lamanya
proses persalinan, distres fetal, persalinan dengan cara ekstraksi forcep,
toksimia gravidarum atau eklamsia dibandingkan dengan kehamilan dan persalinan
normal. Di samping itu faktor-faktor seperti bayi yang lahir dengan berat badan
rendah, ibu yang terlalu muda, ibu yang merokok dan minum alkohl juga
meninggikan insiden hiperaktif.
Terjadinya perkembangan otak yang
lambat. Faktor etiologi dalam bidang neuoralogi yang sampai kini banyak dianut adalah
terjadinya disfungsi pada salah satu neurotransmiter di otak yang bernama
dopamin. Dopamin merupakan zat aktif yang berguna untuk memelihara proses
konsentrasi.
Beberapa studi menunjukkan
terjadinya gangguan perfusi darah di daerah tertentu pada siswa hiperaktif,
yaitu di daerah striatum, daerah orbital-prefrontal, daerah orbital-limbik
otak, khususnya sisi sebelah kanan
3. Faktor
toksik
Beberapa zat makanan seperti
salisilat dan bahan-bahan pengawet memilikipotensi untuk membentuk perilaku
hiperaktif pada siswa. Di samping itu, kadar timah (lead) dalam serum darah siswa
yang meningkat, ibu yang merokok dan mengkonsumsi alkohol, terkena sinar X pada
saat hamil juga dapat melahirkan calon siswa hiperaktif.
4.Faktor
Kultural dan Psikososial
- Pemanjaan.
Pemanjaan dapat juga disamakan
dengan memperlakukan siswa terlalu manis, membujuk-bujuk makan, membiarkan
saja, dan sebagainya. Siswa yang terlalu dimanja itu sering memilih caranya
sendiri agar terpenuhi kebutuhannya.
- Kurang disiplin dan pengawasan.
Siswa yang kurang disiplin atau
pengawasan akan berbuat sesuka hatinya, sebab perilakunya kurang dibatasi. Jika
siswa dibiarkan begitu saja untuk berbuat sesuka hatinya dalam rumah, maka siswa
tersebut akan berbuat sesuka hatinya ditempat lain termasuk di sekolah. Dan
orang lain juga akan sulit untuk mengendalikannya di tempat lain baik di
sekolah.
- kesenangan.
Siswa yang memiliki kepribadian yang
berorientasi kesenangan umumnya akan memiliki ciri-ciri hiperaktif secara
sosio-psikologis dan harus dididik agak berbeda agar mau mendengarkan dan
menyesuaikan diri.
C.
Solusi
Solusi
mengatasi siswa hiperaktif :
Dengan pendekatan psikologis maupun pendekatan
fisiologis(Kendall, 1984;Meinchenbaum dan Goodman, 1971). Pendekatan psikologi
mengajarkan kepada anak prosedur-prosedur intruksi-diri(self-instruction) yang
dirancang untuk membantu mereka dalam memusatkan perhatian dan memperbaii
kontrol diri mereka sendiri dengan cara:
Psikomotorik:
1. Ditanyain
tentang masalahnya.
2. Memberikan
hadiah.
Kognitif:
1. Memberika
obat yaitu ritalin atau deksedrin.
2. Memberikan
suatu tugas
No comments:
Post a Comment