yang saya punya

Wednesday, 31 December 2014

ANAK HIPERAKTIF

Solusi Mengatasi Permasalahan Siswa yang Banyak Bergerak/Hiperaktif
A.      Latar belakang
Mendidik siswa untuk bisa pintar mungkin bisa dilakukan oleh siapa saja. Tetapi mendidik siswa untuk mempunyai emosi yang stabil, tidak semua orang bisa melakukannya. Dibutuhkan guru yang sabar, serius, ulet, serta mempunyai semangat dedikasi tinggi dalam memahami dinamika kepribadian siswa. Perilaku siswa usia sekolah saat ini banyak dikeluhkan guru. Para guru mengeluh sikap siswa-siswa yang sangat sulit di atur emosinya di kelas. Saya bingung, apa lagi yang harus saya lakukan agar siswa saya bisa duduk dengan tenang selama pelajaran berlangsung sehingga dapat dengan mudah memahami yang saya ajarkan. Itulah salah satu contoh keluhan para guru menghadapi siswa yang  hiperaktif.
Terhadap kondisi siswa yang demikian, biasanya para guru sangat susah mengatur dan mendidiknya. Di samping karena keadaan dirinya yang sangat sulit untuk tenang, juga karena siswa hiperaktif sering mengganggu orang lain, suka memotong pembicaran guru atau teman, dan mengalami kesulitan dalam memahami sesuatu yang diajarkan guru kepadanya. Selain itu juga, prestasi belajar siswa hiperaktif juga tidak bisa maksimal.
Untuk itulah dibutuhkan suatu pendekatan untuk membantu siswa-siswa yang hiperaktif tersebut supaya mereka dapat memaksimalkan potensi diri dan meningkatkan prestasinya. Pendekatan ini yaitu dengan adanya bimbingan konseling berupa layanan atau treatment yang sesuai dengan kebutuhannya. Sehingga dengan demikian, diharapkan setiap siswa akan memperoleh haknya untuk mendapatkan pendidikan yang terbaik tanpa terkecuali, karena pengajaran yang diberikan telah disesuaikan dengan kemampuan dan kesulitan yang dimilikinya.
B.       Kajian teori
Gangguan hiperaktif sesungguhnya sudah dikenal sejak sekitar tahun 1900 di tengah dunia medis. Pada perkembangan selanjutnya mulai muncul istilah ADHD (Attention Deficit/Hyperactivity disorder). Siswa hiperaktif adalah siswa yang mengalami gangguan pemusatan perhatian dengan hiperaktivitas (GPPH) atau attention deficit and hyperactivity disorder (ADHD). Kondisi ini juga disebut sebagai gangguan hiperkinetik. Dahulu kondisi ini sering disebut minimal brain dysfunction syndrome.
Gangguan hiperkinetik adalah gangguan pada siswa yang timbul pada masa perkembangan dini (sebelum berusia tujuh tahun) dengan ciri utama tidak mampu memusatkan perhatian, hiperaktif dan impulsif. Ciri perilaku ini mewarnai berbagai situasi dan dapat berlanjut hingga dewasa.
Dr. Seto Mulyadi dalam bukunya “Mengatasi Problem Anak Sehari-hari“ mengatakan pengertian istilah anak hiperaktif adalah : Hiperaktif menunjukkan adanya suatu pola perilaku yang menetap pada seorang anak. Perilaku ini ditandai dengan sikap tidak mau diam, tidak bisa berkonsentrasi dan bertindak sekehendak hatinya atau impulsif. ADHD adalah sebuah kondisi yang amat kompleks; gejalanya berbeda-beda.
Para ahli mempunyai perbedaan pendapat mengenai hal ini, akan tetapi mereka membagi ADHD ke dalam tiga jenis yaitu :
1. Tipe siswa yang tidak bisa memusatkan perhatian.
Mereka sangat mudah terganggu perhatiannya, tetapi tidak hiperaktif atau Impulsif.     Mereka tidak menunjukkan gejala hiperaktif. Tipe ini kebanyakan ada pada siswa  perempuan. Mereka seringkali melamun dan dapat digambarkan seperti sedang  berada “di awang-awang”.
2. Tipe siswa yang hiperaktif dan impulsive.
Mereka menunjukkan gejala yang sangat hiperaktif dan impulsif, tetapi bisa  memusatkan perhatian. Tipe ini seringkali ditemukan pada siswa- siswa kecil.
3.Tipe gabungan.
Mereka sangat mudah terganggu perhatiannya, hiperaktif dan impulsif.  Kebanyakan siswa siswa termasuk tipe seperti ini. Jadi yang dimaksud dengan hiperaktif adalah suatu pola perilaku pada seseorang yang menunjukkan sikap tidak mau diam, tidak terkendali, tidak menaruh perhatian dan impulsif (bertindak sekehendak hatinya). Siswa hiperaktif selalu bergerak dan tidak pernah merasakan asyiknya permainan atau mainan yang disukai oleh siswa-siswa lain seusia mereka, dikarenakan perhatian mereka suka beralih dari satu fokus ke fokus yang lain. Mereka seakan-akan tanpa henti mencari sesuatu yang menarik dan mengasikkan namun tidak kunjung datang.
Ciri-Ciri Siswa Hiperaktif
Ada tiga tanda utama siswa yang menderita ADHD, yaitu :
a.  Inatensi tidak ada perhatian
Inatensi atau pemusatan perhatian yang kurang dapat dilihat dari kegagalan seorang siswa dalam memberikan perhatian secara utuh terhadap sesuatu. Siswa tidak mampu mempertahankan konsentrasinya terhadap sesuatu, sehingga mudah sekali beralih perhatian dari satu hal ke hal yang lain.Ketidakmampuan memusatkan perhatian pada beberapa hal seperti membaca atau  menyimak pelajaran.
b. Hiperaktif
Mempunyai terlalu banyak energi. Gejala hiperaktif dapat dilihat dari perilaku siswa yang tidak bisa diam. Duduk dengan tenang merupakan sesuatu yang sulit dilakukan. Ia akan bangkit dan berlari-lari, berjalan ke sana kemari, bahkan memanjat-manjat. Di samping itu, ia cenderung banyak bicara dan menimbulkan suara berisik.
c. Impulsif
Gejala impulsif ditandai dengan kesulitan siswa untuk menunda respon. Ada semacam dorongan untuk mengatakan/melakukan sesuatu yang tidak terkendali. Dorongan tersebut mendesak untuk diekspresikan dengan segera dan tanpa pertimbangan. Contoh nyata dari gejala impulsif adalah perilaku tidak sabar. Siswa tidak akan sabar untuk menunggu orang menyelesaikan pembicaraan. Siswa akan menyela pembicaraan atau buru-buru menjawab sebelum pertanyaan selesai diajukan. Bertindak tanpa dipikir, misalnya mengejar bola yang lari ke jalan raya, menabrak pot bunga pada waktu berlari di ruangan, atau berbicara tanpa dipikirkan terlebih dahulu akibatnya.   Siswa juga tidak bisa untuk menunggu giliran, seperti antri misalnya. Sisi lain dari impulsivitas adalah siswa berpotensi tinggi untuk melakukan aktivitas yang membahayakan, baik bagi dirinya sendiri maupun orang lain. Selain ketiga gejala di atas, untuk dapat diberikan diagnosis hiperaktif masih ada beberapa syarat lain. Gangguan di atas sudah menetap minimal 6 bulan, dan terjadi sebelum siswa berusia 7 tahun. Gejala-gejala tersebut muncul setidaknya dalam 2 situasi, misalnya di rumah dan di sekolah.
Adapun ciri-ciri khusus siswa yang hiperaktif diantaranya ialah sebagai berikut :
  • Sering menggerak-gerakkan tangan atau kaki ketika duduk, atau sering menggeliat.
  • Sering meninggalkan tempat duduknya, padahal seharusnya ia duduk manis.
  • Sering berlari-lari atau memanjat secara berlebihan pada keadaan yang tidak selayaknya.
  • Sering tidak mampu melakukan atau mengikuti kegiatan dengan tenang.
  • Selalu bergerak, seolah-olah tubuhnya didorong oleh mesin. Juga, tenaganya tidak pernah habis.
  • Sering terlalu banyak bicara.
  • Sering sulit menunggu giliran.
  • Sering memotong atau menyela pembicaraan.
  • Jika diajak bicara tidak dapat memperhatikan lawan bicaranya (bersikap apatis terhadap lawan bicaranya).
Ada beberapa faktor yang menyebabkan siswa menjadi hiperaktif antara lain:
1. Faktor Genetik
Didapatkan korelasi yang tinggi dari hiperaktif yang terjadi pada keluarga dengan siswa hiperaktif. Kurang lebih sekitar 25-35% dari orang tua dan saudara yang masa kecilnya hiperaktif akan menurun pada siswa. Hal ini juga terlihat pada siswa kembar. Siswa laki-laki dengan eksra kromosom Y yaitu XYY, kembar satu  telur lebih memungkinkan hiperaktif dibanding kembar dua telur.
2. Faktor Neurologik
Insiden hiperaktif yang lebih tinggi didapatkan pada bayi yang lahir dengan masalah-masalah prenatal seperti lamanya proses persalinan, distres fetal, persalinan dengan cara ekstraksi forcep, toksimia gravidarum atau eklamsia dibandingkan dengan kehamilan dan persalinan normal. Di samping itu faktor-faktor seperti bayi yang lahir dengan berat badan rendah, ibu yang terlalu muda, ibu yang merokok dan minum alkohl juga meninggikan insiden hiperaktif.
Terjadinya perkembangan otak yang lambat. Faktor etiologi dalam bidang neuoralogi yang sampai kini banyak dianut adalah terjadinya disfungsi pada salah satu neurotransmiter di otak yang bernama dopamin. Dopamin merupakan zat aktif yang berguna untuk memelihara proses konsentrasi.
Beberapa studi menunjukkan terjadinya gangguan perfusi darah di daerah tertentu pada siswa hiperaktif, yaitu di daerah striatum, daerah orbital-prefrontal, daerah orbital-limbik otak, khususnya sisi sebelah kanan
3. Faktor toksik
Beberapa zat makanan seperti salisilat dan bahan-bahan pengawet memilikipotensi untuk membentuk perilaku hiperaktif pada siswa. Di samping itu, kadar timah (lead) dalam serum darah siswa yang meningkat, ibu yang merokok dan mengkonsumsi alkohol, terkena sinar X pada saat hamil juga dapat melahirkan calon siswa hiperaktif.
4.Faktor Kultural dan Psikososial
  • Pemanjaan.
Pemanjaan dapat juga disamakan dengan memperlakukan siswa terlalu manis, membujuk-bujuk makan, membiarkan saja, dan sebagainya. Siswa yang terlalu dimanja itu sering memilih caranya sendiri agar terpenuhi kebutuhannya.
  • Kurang disiplin dan pengawasan.
Siswa yang kurang disiplin atau pengawasan akan berbuat sesuka hatinya, sebab perilakunya kurang dibatasi. Jika siswa dibiarkan begitu saja untuk berbuat sesuka hatinya dalam rumah, maka siswa tersebut akan berbuat sesuka hatinya ditempat lain termasuk di sekolah. Dan orang lain juga akan sulit untuk mengendalikannya di tempat lain baik di sekolah.
  • kesenangan.
Siswa yang memiliki kepribadian yang berorientasi kesenangan umumnya akan memiliki ciri-ciri hiperaktif secara sosio-psikologis dan harus dididik agak berbeda agar mau mendengarkan dan menyesuaikan diri.

C.       Solusi
Solusi mengatasi siswa hiperaktif :
Dengan pendekatan psikologis maupun pendekatan fisiologis(Kendall, 1984;Meinchenbaum dan Goodman, 1971). Pendekatan psikologi mengajarkan kepada anak prosedur-prosedur intruksi-diri(self-instruction) yang dirancang untuk membantu mereka dalam memusatkan perhatian dan memperbaii kontrol diri mereka sendiri dengan cara:
Psikomotorik:
1.      Ditanyain tentang masalahnya.
2.      Memberikan hadiah.
Kognitif:
1.      Memberika obat yaitu ritalin atau deksedrin.

2.      Memberikan suatu tugas

No comments:

Post a Comment