1. Konsep dasar mengajar
a.
Pengertian mengajar
Belajar
adalah suatu proses perubahan tingkah laku pada diri individu berkat adanya
interaksi antara individu dan individu dengan lingkungannya (Usman, 1995: 5). Winkel (1986: 36) menyatakan bahwa belajar adalah suatu
aktivitas mental/psikis, yang berlangsung dalam interaksi aktif dengan
lingkungannya, yang menghasilkan perubahan-perubahan dalam pengetahuan,
pemahaman, keterampilan dan nilai sikap.
Pengertian mengajar adalah penyerahan kebudayaan berupa pengalaman-pengalaman kecakapan kepada anak didik atau usaha mewariskan nilai-nilai kebudayaan kepada generasi muda/penerus, sejalan dengan pendapat De Quelyu dan Gazali dalam Abdurrahman(1990: 73) mengatakan bahwa belajar adalah menanamkan pengetahuan pada seseorang dengan cara paling singkat dan tepat. Usman (1995: 6) menyatakan mengajar merupakan suatu perbuatan yang memerlukan tanggung jawab yang cukup berat, karena berhasilnya pendidikan pada siswa sangat bergantung pada pertanggungjawaban guru dalam melaksanakan tugasnya. Hamalik (2001: 8) menyatakan bahwa mengajar adalah usaha guru untuk mengorganisasi lingkungan sehingga menciptakan kondisi belajar bagi siswa. Menurut Rusyan (1989: 27) bahwa mengajar bukan upaya guru menyampaikan bahan pelajaran, melainkan bagaimana siswa dapat mempelajari bahan pelajaran sesuai tujuan. Arifin (1978) dalam Syah mendefinisikan mengajar sebagai suatu rangkaian kegiatan penyampaian bahan pelajaran kepada murid agar dapat menerima, menanggapi, menguasai, dan mengembangkan bahan pelajaran. Tyson dan Caroll (1970) juga mempelajari secara seksama sejumlah teori pengajaran, menyimpulkan bahwa mengajar ialah …. a way working with students…a process of interaction …the teacher does something to student; the students do something in return. Dari definisi ini dapat disimpulkan bahwa mengajar adalah sebuah cara dan sebuah proses hubungan timbal balik antara siswa dan guru yang sama-sama aktif melakukan kegiatan (Syah, 2002 : 181). Nasution (1986) masih dalam buku yang sama berpendapat bahwa mengajar adalah “…suatu aktivitas mengorganisir atau mengatur lingkungan sebaik-baiknya dan menghubungkannya dengan anak, sehingga terjadi proses belajar”. Tardif (1989) mendefinisikan mengajar secara lebih sederhana tetapi cukup komprehensif dengan menyatakan bahwa mengajar itu pada prinsipnya adalah …any action performed by an individual (the teacher) with the intention of facilitating learning in another individual (the learner). Artinya mengajar adalah perbuatan yang dilakukan seseorang (dalam hal ini guru) dengan tujuan membantu atau memudahkan orang lain (dalam hal ini siswa) melakukan kegiatan belajar. Biggs (1991), seorang pakar psikologi kognitif masa kini, membagi konsep mengajar dalam tiga macam pengertian, yaitu pengertian kuantitatif, pengertian institusional, dan pengertian kualitatif.:
Pengertian mengajar adalah penyerahan kebudayaan berupa pengalaman-pengalaman kecakapan kepada anak didik atau usaha mewariskan nilai-nilai kebudayaan kepada generasi muda/penerus, sejalan dengan pendapat De Quelyu dan Gazali dalam Abdurrahman(1990: 73) mengatakan bahwa belajar adalah menanamkan pengetahuan pada seseorang dengan cara paling singkat dan tepat. Usman (1995: 6) menyatakan mengajar merupakan suatu perbuatan yang memerlukan tanggung jawab yang cukup berat, karena berhasilnya pendidikan pada siswa sangat bergantung pada pertanggungjawaban guru dalam melaksanakan tugasnya. Hamalik (2001: 8) menyatakan bahwa mengajar adalah usaha guru untuk mengorganisasi lingkungan sehingga menciptakan kondisi belajar bagi siswa. Menurut Rusyan (1989: 27) bahwa mengajar bukan upaya guru menyampaikan bahan pelajaran, melainkan bagaimana siswa dapat mempelajari bahan pelajaran sesuai tujuan. Arifin (1978) dalam Syah mendefinisikan mengajar sebagai suatu rangkaian kegiatan penyampaian bahan pelajaran kepada murid agar dapat menerima, menanggapi, menguasai, dan mengembangkan bahan pelajaran. Tyson dan Caroll (1970) juga mempelajari secara seksama sejumlah teori pengajaran, menyimpulkan bahwa mengajar ialah …. a way working with students…a process of interaction …the teacher does something to student; the students do something in return. Dari definisi ini dapat disimpulkan bahwa mengajar adalah sebuah cara dan sebuah proses hubungan timbal balik antara siswa dan guru yang sama-sama aktif melakukan kegiatan (Syah, 2002 : 181). Nasution (1986) masih dalam buku yang sama berpendapat bahwa mengajar adalah “…suatu aktivitas mengorganisir atau mengatur lingkungan sebaik-baiknya dan menghubungkannya dengan anak, sehingga terjadi proses belajar”. Tardif (1989) mendefinisikan mengajar secara lebih sederhana tetapi cukup komprehensif dengan menyatakan bahwa mengajar itu pada prinsipnya adalah …any action performed by an individual (the teacher) with the intention of facilitating learning in another individual (the learner). Artinya mengajar adalah perbuatan yang dilakukan seseorang (dalam hal ini guru) dengan tujuan membantu atau memudahkan orang lain (dalam hal ini siswa) melakukan kegiatan belajar. Biggs (1991), seorang pakar psikologi kognitif masa kini, membagi konsep mengajar dalam tiga macam pengertian, yaitu pengertian kuantitatif, pengertian institusional, dan pengertian kualitatif.:
1. Pengertian kuantitatif (yang
menyangkut jumlah pengetahuan yang diajarkan). Dalam pengertian kuantitatif, mengajar berarti the transmission
of knowledge, yakni penularan pengetahuan.
2. Pengertian
institusional (yang menyangkut kelembagaan atau sekolah)
Dalam pengertian institusional, mengajar berarti …..the efficient orchestration of teaching skills, yakni penataan segala kemampuan mengajar secara efisien. Dalam pengertian ini, guru dituntut untuk selalu siap mengadaptasikan berbagai teknik mengajar untuk bermacam-macam siswa yang berbeda bakat, kemampuan, dan kebutuhannya.
Dalam pengertian institusional, mengajar berarti …..the efficient orchestration of teaching skills, yakni penataan segala kemampuan mengajar secara efisien. Dalam pengertian ini, guru dituntut untuk selalu siap mengadaptasikan berbagai teknik mengajar untuk bermacam-macam siswa yang berbeda bakat, kemampuan, dan kebutuhannya.
3. Pengertian kualitatif (yang menyangkut mutu hasil yang
ideal)
Dalam pengajaran kualitatif, mengajar berarti the fasilitation of learning yakni upaya membantu memudahkan kegiatan belajar siswa. Guru berinteraksi sedemikian rupa dengan siswa sesuai dengan konsep kualitatif, yakni agar siswa belajar dalam arti membentuk makna dan pemahamannya sendiri.
Dalam pengajaran kualitatif, mengajar berarti the fasilitation of learning yakni upaya membantu memudahkan kegiatan belajar siswa. Guru berinteraksi sedemikian rupa dengan siswa sesuai dengan konsep kualitatif, yakni agar siswa belajar dalam arti membentuk makna dan pemahamannya sendiri.
Mengajar itu merupakan penyampaian pengetahuan dan dan
menularkan kebudayaan kepada peserta didik. Secara umum, mengajar adalah
menyampaikan ilmu pengetahuan kepada anak-anak didik di sekolah. Namun pada
kenyataannya, pengertian mengajar lebih dari itu. Mengajar tidak hanya
menyampaikan ilmu pengetahuan, tetapi juga melatih pola pikir anak-anak didik. Menurut Dr. Nana Sudjana,
pengertian mengajar adalah membimbing siswa bagaimana belajar. Mengajar berarti
mengatur dan menciptakan kondisi yang ada dilingkungan anak didik sehingga
dapat melakukan kegiatan belajar. Secara sederhana, mengajar bertujuan untuk menyampaikan ilmu pengetahuan
dan melatih pola piker anak-anak didik.
b.
TAHAPAN MENGAJAR
Komponen kegiatan mengajar menjadi tahapan-tahapan dalam pembelajaran. Pembelajaran sebagai suatu
proses kegiatan, dari berbagai sumber secara umum dapat dikatakan terdiri atas
tiga fase atau tahapan. Tahapan dalam
proses pembelajaran yang dimaksud adalah: tahap perencanaan, tahap pelaksanan, dan tahap evaluasi.
1. Tahap
Pendahuluan.
2. Tahap
Pelaksanaan
3. Tahap Evaluasi
c.
VARIASI MENGAJAR
Pengertian “variasi” yang disampaikan Udin S. Winataputra (2004) adalah
keanekaan yang membuat sesuatu tidak monoton. Dalam variasi mengajar mempunyai prinsip-prinsip
yaitu:
1.
Dalam menggunakan keterampilan variasi sebaiknya semua
jenis variasi digunakan, selain juga harus ada variasi penggunaan komponen
untuk setiap jenis variasi.
2.
Menggunakan variasi secara
lancardan berkesinambungan, sehingga moment proses belajar mengajar yang utuh,
perhatian anak didik dan proses belajar tidak terganggu.
3.
Penggunaan komponen variasi
harus terstruktur dan direncanakan oleh guru.
Variasi mengajar dilakukan karena mempunyai tujuan yaitu:
1.
Meningkatkan dan memelihara perhatian siswa terhadap relevansi proses
belajar mengajar
Disaat melakukan variasi mengajar guru juga harus
memperhatikan:
5. Variasi media taktil
6. Variasi interaksi
d.
KOMPONEN VARIASI MENGAJAR
Komponen variasi mengajar dibagi ke dalam tiga kelompok besar, yaitu
variasi gaya mengajar, variasi media dan bahan, serta variasi interaksi.
2.
PROGRAM PEMBELAJARAN
a.
PERENCANAAN
Kegiatan pembelajaran yang baik senantiasa berawal
dari rencana yang matang. Perencanaan yang matang akan menunjukkan hasil yang
optimal dalam pembelajaran. Perencanaan merupakan proses penyusunan sesuatu yang akan dilaksanakan
untuk mencapai tujuan yang telah ditentukan. Perencanaan pembelajaran yang ditempuh agar pembelajaran berjalan efektif dan efisien.
Dalam perencanaan ini ada beberapa tahapan yang
menjadi strength point seperti yang dipaparkan oleh Kemp lewat desain
pengembangan pembelajaran PAI dalam model J.E.Kemp yang berpijak pada empat
unsur dasar perencanaan pembelajaran yang merupakan wujud jawaban atas
pertanyaan (1) untuk siapa program itu dirancang? Peserta didik, (2) kemampuan
apa yang ingin anda pelajari? Tujuan, (3) bagaimana isi pelajaran/ keterampilan
yang dapat dipelajari? Metode, (4) bagaimana anda menentukan tingkat penguasaan
terhadap pelajaran yang sudah dicapai? Evaluasi. Keempat point ini akan dijelaskan dibawah ini:
1) Merumuskan
Tujuan/ Kompetensi Pengajaran
Yaitu perumusan tingkah laku/ kemampuan-kemampuan yang
dirumuskan secara khusus (spesifik), operasional dan berupa jenis-jenis
kemampuan/tingkah laku yang diharapkan dapat dimiliki oleh anak didik setelah
mereka mengikuti pelajaran-pelajaran yang kita berikan kepada mereka.
2) Mengembangkan/
Mempersiapkan Alat-Alat Evaluasi
Langkah ini memiliki fungsi yang nantinya digunakan
untuk menilai sejauh mana siswa menguasai materi yang telah diberikan dan yang
telah dirumuskan dalam tujuan pengajaran tersebut.
3) Merancang dan
Menetapkan Kegiatan-Kegiatan Mengajar
Dalam langkah ketiga ini dapat berupa kegiatan-kegiatan
yang akan ditempuh oleh guru dan siswa selama proses pengajaran nantinya yang
juga harus dirumuskan, agar siswa dapat memiliki sikap dan kemampuan yang
sesuai dengan tujuan yang telah dirumuskan.
4) Merencanakan
Program Kegiatan
Hal-hal pokok yang harus ditetapkan dalam perencanaan
program kegiatan:
a. Merumuskan
materi pelajaran beserta komponennya
·
Menyusun materi pelajaran tiap mata pelajaran. Dalam
menyusun materi pembelajaran hendaknya merupakan gabungan antara jenis yang
berbentuk pengetahuan (fakta dan informasi yang terperinci), keterampilan
(langkah-langkah, prosedur, keadaan dan syarat-syarat tertentu), dan sikap
(berisi pendapat, ide, atau tanggapan) (kemp,1997).
·
Menyusun Silabus. Silabus diartikan sebagai garis
besar, ringkasan, ikhtisar, atau pokok-pokok isi atau materi pelajaran. Silabus
merupakan penjabaran dari standart kompetensi, kompetensi dasar yang ingin
dicapai, dan pokok-pokok serta uraian materi yang perlu dipelajari siswa dalam
rangka mencapai standar kompetensi dan kompetensi dasar.
·
Menyusun Rencana pelaksanaan Pembelajaran (RPP).
Rencana pembelajaran bersifat khusus dan kondisional, dimana setiap sekolah
tidak sama kondisi siswa dan sarana prasarana sumber belajarnya. Karena itu,
penyusunan rencana pelaksanaan pembelajaran hendaknya didasarkan pada silabus
terkait dengan indikator, kegiatan pembelajaran, penilaian, alokasi waktu,
sumber/bahan/alat dan juga langkah-langkah pembelajaran dan kondisi
pembelajaran agar kegiatan pembelajaran dapat berlangsung sesuai harapan.
·
Penilaian Pembelajaran. Penilaian merupakan tindakan
atau proses untuk menentukan nilai terhadap sesuatu. Penilaian merupakan proses
yang harus dilakukan oleh guru dalam rangkaian kegiatan pembelajaran. Prinsip
penilaian antara lain : Valid, mendidik, berorientasi pada kompetensi, adil dan
objektif, terbuka, berkesinambungan, menyeluruh dan bermakna.
b. Menyiapkan
metode yang akan digunakan.
Metode pembelajaran adalah cara guru mengorganisasikan
meteri pelajaran dan peserta didik agar terjadi proses secara efektif dan efisien.
Banyak sekali macam-macam dari metode-metode pembelajaran yang digunakan dalam
mengajar, diantaranya (1)Metode ceramah/kuliah, (2)Metode diskusi, (3)Metode
demonstrasi, (4)Metode eksperimen, (5)Metode pemberian tugas, dll.
c. Menyusun
jadwal.
Dalam menyusun jadwal kegiatan/ program pembelajaran,
ada beberapa hal yang harus diperhatikan dan harus dibuat, yaitu:
1. Analisis hari
efektif, hari libur, analisis program dan materi pembelajaran. Untuk mengawali
kegiatan penyusunan program pembelajaran, guru perlu membuat analisis hari
efektif selama satu semester. Dari hasil analisis hari efektif akan diketahui
jumlah hari efektif dan hari libur tiap pekan atau tiap bulan sehingga
memudahkan penyususnan program pembelajaran selama satu semester. Dasar pembuatan
analisis hari efektif adalah kalender pendidikan dan kalender umum.
2. Membuat
program tahunan, program semester dan program tagihan.
Program Tahunan adalah Penyusunan program pembelajaran selama satu tahun
pelajaran dimaksudkan agar keutuhan dan kesinambungan program pembelajaran atau
topik pembelajaran yang akan dilaksanakan dalam dua semester tidak mengalami
kendala. Program Semester adalah Penyusunan program per-semester yang
didasarkan pada hasil anlisis hari efektif dan program pembelajaran tahunan. Program
Tagihan merupakan Sebagai bagian dari kegiatan pembelajaran, tagihan merupakan
tuntutan kegiatan yang harus dilakukan atau ditampilkan siswa. Jenis tagihan
dapat berbentuk ujian lisan, tulis, dan penampilan yang berupa kuis, tes lisan,
tugas individu, tugas kelompok, unjuk kerja, praktek, penampilan, atau porto
folio.
b.
PELAKSANAAN
Tahap ini merupakan tahap penerapan atas desain
perencanaan yang telah dibuat guru. Hakikat dari tahap pelaksanaan adalah
kegiatan operasional pembelajaran itu sendiri. Dalam tahap ini, guru melakukan
interaksi belajar-mengajar melalui penerapan berbagai strategi metode dan
tekhnik pembelajaran, serta pemanfaatan seperangkat media.
Dalam proses ini, ada beberapa aspek yang harus
diperhatikan oleh seorang guru, diantaranya ialah:
1. Aspek
pendekatan dalam pembelajaran
Pendekatan pembelajaran terbentuk oleh konsepsi, wawasan dan asumsi-asumsi
yang dikuasai guru tentang hakikat pembelajaran. Mengingat pendekatan
pembelajaran bertumpu pada aspek-aspek dari masing-masing komponen
pembelajaran, maka dalam setiap pembelajaran, akan tercakup penggunaan sejumlah
pendekatan secara serempak. Oleh karena itu, pendekatan-pendekatan dalam setiap
satuan pembelajaran akan bersifat multi pendekatan.
2. Aspek Strategi
dan Taktik dalam Pembelajaran
Pembelajaran sebagai proses, aktualisasinya mengimplisitkan adanya
strategi. Strategi berkaitan dengan perwujudan proses pembelajaran itu sendiri.
Strategi pembelajaran berwujud sejumlah tindakan pembelajaran yang dilakukan
guru yang dinilai strategis untuk mengaktualisasikan proses pembelajaran.
Terkait dengan pelaksanaan strategi adalah taktik pembelajaran. Taktik
pembelajaran berhubungan dengan tindakan teknis untuk menjalankan strategi.
Untuk melaksanakan strategi diperlukan kiat-kiat teknis, agar nilai strategis
setiap aktivitas yang dilkukan guru-murid di kelas dapat terealisasi.
3. Aspek Metode
dan Teknik dalam Pembelajaran
Aktualisasi pembelajaran berbentuk serangkaian interaksi dinamis antara
guru-murid atau murid dengan lingkungan belajarnya. Interaksi guru-murid atau
murid dengan lingkungan belajarnya tersebut dapat mengambil berbagai cara.
Cara-cara interaksi guru-murid atau murid dengan lingkungan belajarnya tersebut
dinamakan metode.
Metode merupakan bagian dari sejumlah tindakan strategis yang menyangkut
tentang cara bagaimana interaksi pembelajaran dilakukan. Metode dilihat dari
fungsinya merupakan seperangkat cara untuk melakukan aktivitas pembelajaran.
Ada beberapa cara dalam melakukan aktivitas pembelajaran, misalnya dengan
berceramah, berdiskusi, bekerja kelompok, bersimulasi dan lain-lain.
Setiap metode memiliki aspek teknis dalam penggunaannya. Aspek teknis yang
dimaksud adalah gaya dan variasi dari setiap pelaksanaan metode pembelajaran.
4. Prosedur
Pembelajaran
Pembelajaran dari sisi proses keberlangsungannya, terjadi dalam bentuk
serangkaian kegiatan yang berjalan secara bertahap. Kegiatan pembelajaran
berlangsung dari satu tahap ke tahap selanjutnya, sehingga terbentuk alur
konsisten. Tahapan pembelajaran yang konsisten yang berbentuk alur peristiwa
pembelajaran tersebut merupakan prosedur pembelajaran.
c.
PENILAIAN
Pada hakekatnya evaluasi
merupakan suatu kegiatan untuk mengukur perubahan perilaku yang telah terjadi.
Pada umumnya hasil belajar akan memberikan pengaruh dalam dua bentuk:
1. Peserta akan
mempunyai perspektif terhadap kekuatan dan kelemahannya atas perilaku yang
diinginkan;
2. Mereka
mendapatkan bahwa perilaku yang diinginkan itu telah meningkat baik setahap
atau dua tahap, sehingga sekarang akan timbul lagi kesenjangan antara
penampilan perilaku yang sekarang dengan tingkah laku yang diinginkan.
Pada tahap ini kegiatan guru adalah melakukan penilaian atas proses
pembelajaran yang telah dilakukan. Evaluasi adalah alat untuk mengukur
ketercapaian tujuan. Dengan evaluasi, dapat diukur kuantitas dan kualitas pencapaian
tujuan pembelajaran.
Dalam kaitannya dengan pembelajaran, Moekijat (seperti dikutip Mulyasa)
mengemukakan teknik evaluasi belajar pengetahuan, keterampilan, dan sikap
sebagai berikut:“(1) Evaluasi belajar pengetahuan, dapat dilakukan dengan ujian
tulis, lisan, dan daftar isian pertanyaan;(2)Evaluasi belajar keterampilan,
dapat dilakukan dengan ujian praktek, analisis keterampilan dan analisis tugas
serta evaluasi oleh peserta didik sendiri; (3)Evaluasi belajar sikap, dapat
dilakukan dengan daftar sikap isian dari diri sendiri, daftar isian sikap yang
disesuaikan dengan tujuan program, dan skala deferensial sematik (SDS)”
Apapun bentuk tes yang diberikan kepada peserta didik, tetap harus sesuai
dengan persyaratan yang baku, yakni tes itu harus:
1) Memiliki
validitas (mengukur atau menilai apa yang hendak diukur atau dinilai, terutama
menyangkut kompetensi dasar dan materi standar yang telah dikaji);
2) Mempunyai
reliabilitas (keajekan, artinya ketetapan hasil yang diperoleh seorang peserta
didik, bila dites kembali dengan tes yang sama);
3) Menunjukkan
objektivitas (dapat mengukur apa yang sedang diukur, disamping perintah
pelaksanaannya jelas dan tegas sehingga tidak menimbulkan interpretasi yang
tidak ada hubungannya dengan maksud tes);
Pelaksanaan evaluasi harus efisien dan praktis
d.
Pengembangan
Pengembangan
dalam suatu pembelajaran dalah suatu upaya guru untuk memahamkan siswanya
terhadap materi yang dipelajari. Pengembangan ini didapatkan dari evaluasi dan
menghasilkan strategi untuk mengajar dalam waktu yang aakan datang.
No comments:
Post a Comment